Senin, 11 Juli 2011

AHMADINEJAB and Umar Bin Khatab?


Ahmadinejad ! David di tengah angkara goliath dunia.” Buku yang awalnya gw hanya tertarik dan keingintahuan akan tokohnya yang menurut gw sangat kontroversial ditengah kehidupan yang sangat ambigu dan ketidak jelasan ini. (selain alasan diskon sopastinya…he he he)


Diawal-awal gw baca, ternyata tidak salah gw membelinya, gw seperti menemukan ketokohan umar bin khatab dari beliau, Khalifah Umar yang sangat gw kagumi, pemimpin yang sangat bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Penggambaran sosok Ahmadinejab sebagai pemimpin yang tidak pernah sungkan untuk menengok dan turun tangan langsung membantu rakyatnya yang kelaparan tanpa protokoler-protokoler yang berlaku saat ini, sosoknya yang terkenal ketegasannya ternyata memiliki hati yang lembut seperti melihat Umar bin Khatab hidup kembali.

Maaf mungkin sedikit subyektif untuk melihat ahmadinejab disamakan dengan umar bin khatab, dinegerinya sosoknya sangat kontroversial karena banyak yang tidakpuas atas kebijakan luar negerinya. Mungkin buku ini disusun oleh orang yang merupakan pengagum Ahmadinejab, saya berharap paparan dalam buku ini tidak mengada-ada tetapi memang apa adanya, karena dari buku inilah gw seperti menemukan oase dipadang pasir (baca dunia gersang) yang sangat ‘haus’ pemimpin yang care sama orang kecil, penguasa yang tidak hanya bergelut dengan posisinya, sehingga melupakan rakyat yang sering dilontarkan sebagai “tameng” untuk membenarkan tindakan atau kebijakan yang dibuatnya, dimana pada ujung-ujungnya untuk kepentingan pribadi. Tetapi seorang pemimpin yang lebih memilih tinggal dirumah kecil dan tidak terawat daripada tinggal digedung megah dan mewah (begitulah sosok ahmadinejab dalam buku tersebut digambarkan).

Satu hal yang sangat menarik lagi adalah ketika beliau ditanya tentang jilbab ‘gaul’ yang sempat dipermasalahkan oleh pemimpin sebelumnya, beliau menjawab ‘ masalah sejati negeri ini adalah lapangan kerja dan perumahan untuk semua, BUKAN APA YANG HARUS DIPAKAI’ ungkapan yang sangat menarik bagi gw, oleh seorang pemimpin di Negara muslim yang sangat keras terhadap pakaian khususnya pakaian yang dikenakan perempuan. Sedangkan dinegara kita (Indonesia) yang notabenenya masyarakatnya sangat multi cultural, ras, etnik dan agama berbondong-bondong mengupayakan untuk memberlakukan ‘syariat islam’ yang tetap ujung-ujungnya untuk kepentingan segelintir orang, dapat dilihat pemberlakuan Syariat Islam hanya seputar dengan “APA YANG DIPAKAI” tidak pernah memikirkan bagaimana supaya rakyat tidak ada yang menganggur bahkan membuatkan rumah bagi rakyat yang tanahnya terus direbut oleh Negara dengan berbagai dalih atau menghukum dengan tegas para ‘pemakan’ uang rakyat. Mereka hanya berkedok dengan ‘kata syariat islam’ jilbab, NO jeans, no pacaran….hanya itu…padahal uang rakyat (baca: kelompok termarginalkan) terus dimakan dan dimakan….untuk mereka-mereka yang tidak pernah puas akan kehidupan dunia fana ini….[]

Tidak ada komentar: