Senin, 18 Mei 2009

Perempuan-Perempuan Mulia di Sekitar Kita.....

Lihatlah sosok-sosok perempuan yang berada disekitar kita. Mereka adalah ibu, kakak, adik bahkan pekerja rumah tangga kita. Mereka adalah sosok-sosok yang senantiasa membuat rumah terasa nyaman, bersih dan menyenangkan. Bisa dibayangkan, dalam sehari seorang ibu senantiasa berfikir banyak hal, membagi dan merencanakan semuanya hingga hal-hal yang paling kecil dan mendetail.

Hampir 3 bulan rumah gw "kehilangan" pekerja rumah tangga, terasa bangets bagi orang seperti gw yang biasa tidur nyenyak di pagi hari, dimana ketika terbangun rumah telah bersih. Atau ketika meletakkan baju kotor di keranjang, baju-baju itu akan kembali di lemari gw dalam jangka waktu 1 atau dua hari. Seperti magic, semua dapat dilakoni dengan cepat, begitu hebat tangan-tangan mereka, sosok pekerja rumah tangga yang berjenis kelamin perempuan pastinya.

Tetapi setelah mereka pergi, terasa sekali perbedaannya.....ketika kita tidak melakukan apapun...maka baju kotor, piring-gelas kotor atau rumah berantakan akan tetap diposisi dan kondisi yang terus berkembang tidak surut atau bahkan selesai. Dan hal ini membuat gw berfikir. Begitu hebatnya ibu-ibu kita melakoni pekerjaan rumah tangga (bila tidak ada pekerja rumah tangga). Apalagi bila mereka adalah seorang yang bekerja di luar rumah pula, maka dapat dibayangkan pekerjaan mereka. Dari pagi menyiapkan makan untuk keluarga, kemudian berangkat kerja, pulang kerumah harus dilanjutkan dengan pekerja rumah yang tidak pernah habis untuk dikerjakan.

Tetapi.....lihatlah ekspresi-ekspresi mereka. Tiada kata-kata protes keluar dari lidah mereka atau perubahan berarti dari ekspresi mereka ketika pulang, menemukan kondisi rumah berantakan dan kotor sedangkan penghuni lainnya sedang berleha-leha menikmati istirahatnya. Apakah perempuan-perempuan itu istirahat?

Beberapa bulan menjadi “asisten” nyokap memberi pelajaran bagi gw. Tidak hanya memahami pekerjaan bunda tercinta tetapi juga memahami rasa dan asa mereka. Aksi protes yang gw lakukan pada awal melakoni pekerjaan rumah tangga, ternyata berkembang menjadi rasa kebahagian karena keikhlasan dan kepasrahan. Ada rasa kepuasan sendiri ketika menyelesaikan tugas dengan sukses.

Maka lahirkan kata-kata bijak "ketika ketidakberdayaan dilakoni dengan ketulusan dan keikhlasan maka lahirlah kebahagian yang tidak dapat diukur dengan apapun".

Tetapi sungguh ironi...

Ketika keikhlasan, pengorbanan dan kerelaan yang mereka (red. perempuan) berikan dibales oleh sebagian lelaki dengan melakukan kekerasan atau bahkan menyakiti hati suci mereka dengan perselingkuhan, pengkhianatan atau menduakannya ???

“Air susu yang dibales dengan air tuba” pepatah yang tepat untuk tragedi ini. Dengan berbagai dalih pembenaran dilakukan oleh kaum lelaki seperti "sudah dari sononya lelaki doyan selingkuh atau memiliki WIL, atau bahkan dengan dalih agama". Maka tidaklah heran bila dalam riwayat salah satu hadist nabi menyebut ibu (red. perempuan) hingga 3x dibandingkan dengan bapak (red.lelaki).

Karena....mereka adalah sosok-sosok yang memiliki hati saaaaaangat mulia dimuka bumi ini......

Tidak ada komentar: